Sabtu, 07 April 2018

KOMPONEN LITERASI


KOMPONEN LITERASI
A.    LITERASI DINI
Literasi dini (early literacy (Clay, 2001)), merupakan kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berliterasi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi literasi dasar.
Literasi dini berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis bagi anak usia dini. Disebut juga dengan literasi emergent atau pra membaca dan pra menulis. Pra membaca Tampubolon menyebutnya dengan istilah membaca dini ialah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah, semakin banyak dilakukan oleh orang tua di rumah maka semakin baik pula hasilnya. Lima prinsip membaca dini ( Tampubolon, 1993: 67-69) : Pertama, materi bacaan harus terdiri atas kata-kata, farse-frase dan kalimat, kedua, membaca terutama didasarkan kemampuan bahasa lisan dan bukan pada kemampuan berbicara. Ketiga, membaca dini adalah menemukan makna dari tulisan. Keempat, membaca bisa dikenalkan sebelum anak memiliki kemampuan menulis, kerena bila kemampuan membaca telah dikuasai keterampilan menulis akan lebih mudah dikuasai, sebab persepsi bentuk huruf telah ada dalam pikiran anak. dan yang kelima, membaca dini harus menyenangkan, menarik dan dilakukan dalam situasi bermain.
Menulis bagi anak merupakan kegiatan mencoret-coret, menggaris-garis,
menggambar membentuk berbagai hal yang ada dalam pikirannya. Menurut Dhinie, 2008: 3.11, menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, di mana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Kegiatan menulis ada anak usia dini haruslah memperhatikan kesiapan dan kematangan anak.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang kompleks, banyak hal yang berkaitan dan mempengaruhi dua kegiatan tersebut. Lingkungan utamanya keluarga sangat berperan penting dalam mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Tampubolon (1990: 90-91) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis terbagi atas dua bagian, yaitu factor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor-faktor perkembangan baik bersifat biologis, namun psikologis dan linguistik yang timbul dari diri anak, sedangkan eksogen adalah faktor lingkungan, kedua faktor ini saling terkait, yaitu bahwa kemampuan membaca dan menulis dipengaruhi secara bersama.
B.     LITERASI DASAR
Literasi Dasar (Basic Literacy), merupakan kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
Salah satu kegiatan pada literasi dasar  adalah membaca buku. Jenis buku yang dibaca beragam, mulai dari buku sastra, pelajaran, dan pengetahuan umum. Kemudian siswa menceritakan ulang tentang cerita yang dibacanya tadi secara lisan maupun tulisan. Jadi bisa dilihat kemampuan siswa dalam memahami isi cerita dan menuangkan kembali cerita dengan bahasanya sendiri. Hal ini dapat melatih pemahaman siswa dan artikulasi siswa saat bercerita ulang.
Kegiatan literasi juga berupa kegiatan menyimak. Guru akan bercerita secara lisan atau guru membacakan sebuah cerita dan siswa menyimak cerita tersebut, kemudian siswa akan menceritakan ulang cerita secara lisan maupun tertulis.
Saat siswa bercerita guru akan menilai artikulasi dan diksi siswa. Setelah siswa selesai bercerita, guru akan menyampaikan penilaiannya terhadap siswa tersebut. Guru akan memberi contoh artikulasi dan diksi yang semestinya (yang baik) jika artikulasi dan diksi siswa kurang tepat. Setelah kegiatan guru dan siswa dilakukan maka mereka bersama-sama menarik kesimpulan dalam kegiatan yang mereka lakukan, apakah itu membaca bersama, menceritakan bacaan, ataupun menyimak suatu bacaan.

C.    LITERASI PERPUSTAKAAN
Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami  Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
Perpustakaan mempunyai posisi yang strategis dalam masyarakat pembelajar karena perpustakaan bertugas mengumpulkan mengelola dan menyediakan rekaman pengetahuan untuk dibaca dan dipelajari. Perpustakaan sekolah menjadi sarana pokok dalam menunjang proses pembelajaran. Disisi lain, perpustakaan sekolah mempunyai sebuah kewajiban untuk memberikan suatu pendidikan literasi informasi pada siswanya.  Literasi Informasi sangat dibutuhkan oleh siswa dalam belajar, mencari informasi, ataupun dalam menulis suatu karya penelitian ilmiah.
Kegiatan yang biasa dilakukan di perpustakaan yaitu proses belajar mengajar, mencari bahan referensi dalam mengerjakan tugas ataupun penelitian ilmiah, dan tempat untuk berdiskusi dalam mendapatkan informasi tentang bacaan.
                                                                                            



D.    CONTOH KEGIATAN PADA TIAP KOMPONEN LITERASI
NO
KOMPONEN
CONTOH KEGIATAN
TAHAP PEMBIASAAN
TAHAP PENGEMBANGAN
TAHAP PEMBELAJARAN
1
Literasi Dini
Membacakan buku cerita atau dongeng pada anak secara rutin

Mengenal bahasa lisan dan tulisan serta pengetahuan mengenai angka dan huruf menjadi salah satu kunci keberhasilan anak prasekolah dalam membaca
Memecahkan masalah logis seperti dalam pengerjaan soal-soal matematika

2
Litersi Dasar
Membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar setiap hari
Mendiskusikan bacaan
Menuliskan analisis terhadap bacaan
3
Litersi Perpustakaan
Mencari bahan pustaka yang diminati untuk kegiatan membaca 15 menit
Menggunakan perpustakaan sebagai sumber informasi dalam diskusi tentang bacaan
Mencantumkan daftar pustaka dalam laporan tugas/praktik setiap mata pelajaran



KOMPONEN LITERASI (LANJUTAN)


Literasi Media, Literasi Teknologi, dan Literasi Visual merupakan jenis-jenis literasi informasi. Literasi Media, Literasi Teknologi, dan Literasi Visual adalah komponen literasi lanjutan yang didasari literasi dini, literasi dasar dan literasi perpustakaan.
Pengertian literasi modern adalah kemampuan untuk membaca, menulis dan aritmatika (berhitung), menggunakan bahasa, angka-angka, gambar/ilustrasi, komputer dan elemen dasar lain untuk memahami, berkomunikasi, menguatkan (penggunaan) pengetahuan bermanfaat dan penggunaan sistem simbol budaya yang dominan.
Di abad 21 ini, pengertian literasi lebih dari sekadar bisa membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
Selama berabad-abad, literasi disebut kemampuan untuk membaca dan menulis. Dewasa ini, kita mendapatkan sebagian besar informasi melalui sistem berkat teknologi media. Kemampuan untuk membaca berbagai jenis media telah menjadi keterampilan penting di abad ke-21. Literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat media. Dengan literasi media yang baik orang lebih mampu memahami pesan yang kompleks yang kita terima dari televisi, radio, internet, surat kabar, majalah, buku, billboard, video game, musik, dan semua bentuk media lainnya. Keterampilan literasi media termasuk dalam standar pendidikan dari setiap negara dalam bahasa, ilmu sosial, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan mata pelajaran lain. Banyak pendidik telah menemukan bahwa literasi media adalah cara yang efektif dan menarik untuk menerapkan keterampilan berpikir kritis untuk berbagai masalah.
Keterampilan literasi media dapat membantu remaja dan orang dewasa:
        Mengembangkan kemampuan berpikir kritis
        Memahami bagaimana pesan media membentuk budaya dan masyarakat kita
        Mengidentifikasi strategi pemasaran target
        Mengenali pembuat media yang ingin kita percaya atau lakukan
        Memberi nama teknik persuasi yang digunakan
        Mengenali bias, plintiran, informasi yang salah, dan kebohongan
        Menemukan bagian dari cerita yang tidak diberitahu
        Mengevaluasi pesan media berdasarkan pengalaman kita sendiri, keterampilan, keyakinan, dan nilai-nilai
        Membuat dan mendistribusikan pesan-pesan media kita sendiri
        Mengadvokasi keadilan Media

Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet.  Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Kalau kita refleksikan masa yang lalu, sampai awal 1990-an, kebanyakan PC masih berukuran besar dengan memori sangat terbatas, kebanyakan ponsel juga terlalu besar untuk dimasukkan dalam kantong. Film yang tersedia pada DVD sampai 1997. Google pun belum lahir sampai tahun 1998. Tidak ada MySpace hingga tahun 2003, dan YouTube meluncurkan dua tahun setelah itu.
Seiring kemajuan teknologi, definisi literasi  teknologi  pun mengalami perubahan. Pada tahun 1980, keterampilan penggunaan teknologi menuntut agar kita mengetahui bagaimana kode memprogram. Penggunaan komputer pada waktu itu mengharuskan kita membuat program. Pada tahun 1995 an, kita dituntut untuk mengetahui bagaimana bekerja dengan alat dasar seperti pengolah kata dan spreadsheet. Mungkin kita ingat … Wordstar … Lotus … DBASE dan sebagainya.
Sekarang definisi literasi teknologi jauh lebih kaya dan lebih kompleks karena ada informasi lebih yang tersedia daripada sebelumnya. Alat-alat untuk menemukan, menggunakan dan menciptakan informasi yang cepat menjadi lebih beragam dan canggih.
Departemen Pendidikan Colorado (CDE) mendefinisikan literasi  teknologi sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab menggunakan teknologi tepat guna untuk:
        Menyampaikan / mengomunikasikan
        Menyelesaikan masalah
        Mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, desain dan membuat informasi untuk meningkatkan pembelajaran di semua bidang subjek
        Memperoleh pengetahuan seumur hidup dan keterampilan dalam abad ke-21
Penggunaan teknologi merupakan bagian integral yang fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini sebagian besar jalur pendidikan dan profesional memerlukan penggunaan teknologi untuk berkomunikasi, memecahkan masalah atau penelitian lengkap. Siswa yang mencapai literasi teknologi memiliki waktu lebih cepat mencapai tujuan pendidikan dan masuk ke dalam karir pilihan mereka.
Untuk mengantarkan para siswa mencapai literasi teknologi, sudah barang tentu para guru / pendidik juga seharusnya memiliki keterampilan atau literasi teknologi. Berikut adalah variasi aktifitas penggunaan teknologi masa kini untuk mendorong literasi teknologi bagi kita semua, antara lain:
·         membaca situs Web;
·         menggunakan mesin pencari;
·         menggunakan pencarian peta;
·         mengakses video, podcast, dan feed;
·         mengevaluasi sumber Web;
·         meneliti di Internet;
·         e-mail, chatting, SMS, microblogging;
·         menggunakan situs sosial;
·         mengunjungi dunia maya;
·         blogging dan menggunakan wiki; dan
·         menggunakan papan pesan, newsgroup, dan VOIP (Skype).
Dengan memahami bagaimana mengevaluasi informasi baru ini dan bagaimana menggunakan alat-alat baru untuk membuat, komunikasi cukup beralasan efektif, siswa dapat memanfaatkan kekuatan teknologi baru dan terinspirasi untuk belajar.

Literasi Teknologi dalam Pendidikan

Maksud dari literasi teknologi dalam dunia pendidikan adalah peserta didik aktif terlibat dalam proses teknologi atau belajar memanfaatkan hasil teknologi tidak hanya sebats mengetahui, atau mengenal saja. Peserta didik tidak hanya mengenal teknologi namun juga mampu memanfaatkan teknologi sebaik mungkin. Pemanfaatan teknologi ini juga memampukan para peserta didik untuk melatih diri mereka, menemukan dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya melalui penggunaan teknologi.

Informasi visual ada di mana-mana di sekitar kita. Televisi, layar komputer, tanda-tanda, simbol, dalam buku-buku, majalah, film-film, dan bahkan bahasa tubuh memberikan pesan-pesan visual. Kita semua harus mampu menginterpretasikan makna yang terkandung dalam pesan visual untuk memberikan respon yang cerdas. Dalam konteks pendidikan informasi visual juga sangat banyak. Oleh karena itu guru maupun siswa perlu menguasai literasi visual untuk mendapatkan manfaat yang optimal.
Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio- visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk cetak maupun noncetak, perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
Literasi visual dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
·         berfikir visual (visual thinking)
·         komunikasi visual (visual communication)
·         belajar visual (visual learning)
Berpikir visual  (visual thinking)
Berpikir visual adalah kemampuan untuk mengubah pikiran, gagasan, dan informasi ke semua jenis gambar, grafik, atau gambar lain yang membantu mengomunikasikan informasi yang terkait.
Komunikasi visual (visual communication)
Komunikasi visual adalah ketika gambar, grafik, dan gambar lainnya digunakan untuk mengekspresikan ide-ide dan untuk mengajar orang. Agar tercipta komunikasi visual yang efektif, penerima harus mampu membangun makna dari melihat gambar visual yang diberikan.
Belajar visual (visual learning)
Belajar Visual adalah proses belajar dari gambar dan media. Belajar Visual meliputi pembangunan pengetahuan oleh siswa sebagai akibat dari melihat gambar visual yang diberikan.
Contohnya ketika sebuah gambar visual dapat mempresentasikan sebuah kata, sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata dan suatu konsep, Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep dan jenis hubungan (relasi ), Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep, hubungan (relasi ) dan suatu proses, Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep, hubungan (relasi ), suatu proses dan suatu struktur (susunan), Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep, hubungan (relasi ), suatu proses, suatu struktur (susunan) dan suatu fakta, Sebuah gambar visual dapat mewakili sebuah kata, konsep, hubungan, proses, struktur, fakta dan biasanya menyerupai apa yang diwakilinya.
Dalam proses pembelajaran, gambar visual dapat membantu belajar karena lebih konkrit dari pada kata-kata abstrak. Hasil penelitian menunjukkan pada kita bahwa, belajar / pembelajaran akan optimal ketika siswa dapat  mendengar, melihat dan membaca terhadap konten yang sama.



RUJUKAN PUSTAKA
Endarta Adi, 2017. “Literasi Media Literasi Teknologi Literasi Visual”. 29 Maret 2018 dari http://duniapendidikan.putrautama.id/literasi-media-literasi-teknologi-literasi-visual/.


RUJUKAN PUSTAKA
Dhine. N. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Clay, M. M. (2001). Change Over Time in Children’s Literacy Development. Portsmouth: Heinemann.
Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat dan Kebiasan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa.
https://www.educenter.id/pendidikan-literasi/, diakses pada tanggal 24/3/2018 pukul 07.48 Wita.
https://isnet.or.id/2017/10/10/strategi-pengembangan-program-literasi-informasi-pada-perpustakaan-sekolah-di-indonesia/, diakses pada tanggal 25/3/2018 pukul 01.48 Wita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar