KOMPONEN LITERASI
A.
LITERASI DINI
Literasi dini (early
literacy (Clay, 2001)), merupakan kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa
lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh
pengalamannya berliterasi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman
peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi literasi
dasar.
Literasi
dini berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis bagi anak usia dini. Disebut
juga dengan literasi emergent atau pra membaca dan pra menulis. Pra
membaca Tampubolon menyebutnya dengan istilah membaca dini ialah membaca yang
diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah, semakin banyak dilakukan
oleh orang tua di rumah maka semakin baik pula hasilnya. Lima prinsip membaca
dini ( Tampubolon, 1993: 67-69) : Pertama, materi bacaan harus terdiri atas
kata-kata, farse-frase dan kalimat, kedua, membaca terutama didasarkan
kemampuan bahasa lisan dan bukan pada kemampuan berbicara. Ketiga, membaca dini
adalah menemukan makna dari tulisan. Keempat, membaca bisa dikenalkan sebelum
anak memiliki kemampuan menulis, kerena bila kemampuan membaca telah dikuasai
keterampilan menulis akan lebih mudah dikuasai, sebab persepsi bentuk huruf
telah ada dalam pikiran anak. dan yang kelima, membaca dini harus menyenangkan,
menarik dan dilakukan dalam situasi bermain.
Menulis
bagi anak merupakan kegiatan mencoret-coret, menggaris-garis,
menggambar membentuk berbagai hal yang ada dalam pikirannya. Menurut Dhinie, 2008: 3.11, menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, di mana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Kegiatan menulis ada anak usia dini haruslah memperhatikan kesiapan dan kematangan anak.
menggambar membentuk berbagai hal yang ada dalam pikirannya. Menurut Dhinie, 2008: 3.11, menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, di mana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Kegiatan menulis ada anak usia dini haruslah memperhatikan kesiapan dan kematangan anak.
Kemampuan
membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang kompleks, banyak hal yang
berkaitan dan mempengaruhi dua kegiatan tersebut. Lingkungan utamanya keluarga
sangat berperan penting dalam mengembangkan kedua kemampuan tersebut.
Tampubolon (1990: 90-91) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca dan menulis terbagi atas dua bagian, yaitu factor endogen dan eksogen.
Faktor endogen adalah faktor-faktor perkembangan baik bersifat biologis, namun
psikologis dan linguistik yang timbul dari diri anak, sedangkan eksogen adalah
faktor lingkungan, kedua faktor ini saling terkait, yaitu bahwa kemampuan membaca
dan menulis dipengaruhi secara bersama.
B.
LITERASI
DASAR
Literasi Dasar (Basic Literacy), merupakan kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, dan menghitung (counting)
berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan
pengambilan kesimpulan pribadi.
Salah satu kegiatan pada literasi dasar adalah membaca buku. Jenis buku yang dibaca
beragam, mulai dari buku sastra, pelajaran, dan pengetahuan umum. Kemudian
siswa menceritakan ulang tentang cerita yang dibacanya tadi secara lisan maupun
tulisan. Jadi bisa dilihat kemampuan siswa dalam memahami isi cerita dan
menuangkan kembali cerita dengan bahasanya sendiri. Hal ini dapat melatih
pemahaman siswa dan artikulasi siswa saat bercerita ulang.
Kegiatan literasi juga berupa kegiatan menyimak. Guru akan
bercerita secara lisan atau guru membacakan sebuah cerita dan siswa menyimak
cerita tersebut, kemudian siswa akan menceritakan ulang cerita secara lisan
maupun tertulis.
Saat siswa bercerita guru akan menilai artikulasi dan diksi siswa.
Setelah siswa selesai bercerita, guru akan menyampaikan penilaiannya terhadap
siswa tersebut. Guru akan memberi contoh artikulasi dan diksi yang semestinya
(yang baik) jika artikulasi dan diksi siswa kurang tepat. Setelah kegiatan guru
dan siswa dilakukan maka mereka bersama-sama menarik kesimpulan dalam kegiatan
yang mereka lakukan, apakah itu membaca bersama, menceritakan bacaan, ataupun
menyimak suatu bacaan.
C.
LITERASI
PERPUSTAKAAN
Literasi Perpustakaan (Library
Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi
Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan perpustakaan
sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi
perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal, memahami Dewey Decimal
System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan
perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah
tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
Perpustakaan mempunyai posisi yang
strategis dalam masyarakat pembelajar karena perpustakaan bertugas mengumpulkan
mengelola dan menyediakan rekaman pengetahuan untuk dibaca dan dipelajari.
Perpustakaan sekolah menjadi sarana pokok dalam menunjang proses pembelajaran.
Disisi lain, perpustakaan sekolah mempunyai sebuah kewajiban untuk memberikan
suatu pendidikan literasi informasi pada siswanya. Literasi Informasi
sangat dibutuhkan oleh siswa dalam belajar, mencari informasi, ataupun dalam
menulis suatu karya penelitian ilmiah.
Kegiatan yang biasa dilakukan di
perpustakaan yaitu proses belajar mengajar, mencari bahan referensi dalam
mengerjakan tugas ataupun penelitian ilmiah, dan tempat untuk berdiskusi dalam
mendapatkan informasi tentang bacaan.
D. CONTOH
KEGIATAN PADA TIAP KOMPONEN LITERASI
NO
|
KOMPONEN
|
CONTOH KEGIATAN
|
||
TAHAP PEMBIASAAN
|
TAHAP PENGEMBANGAN
|
TAHAP PEMBELAJARAN
|
||
1
|
Literasi Dini
|
Membacakan buku cerita atau
dongeng pada anak secara rutin
|
Mengenal bahasa lisan dan
tulisan serta pengetahuan mengenai angka dan huruf menjadi salah satu kunci
keberhasilan anak prasekolah dalam membaca
|
Memecahkan masalah logis
seperti dalam pengerjaan soal-soal matematika
|
2
|
Litersi Dasar
|
Membaca
15 menit sebelum kegiatan belajar setiap hari
|
Mendiskusikan
bacaan
|
Menuliskan
analisis terhadap bacaan
|
3
|
Litersi Perpustakaan
|
Mencari
bahan pustaka yang diminati untuk kegiatan membaca 15 menit
|
Menggunakan
perpustakaan sebagai sumber informasi dalam diskusi tentang bacaan
|
Mencantumkan
daftar pustaka dalam laporan tugas/praktik setiap mata pelajaran
|
KOMPONEN LITERASI (LANJUTAN)
Literasi
Media, Literasi Teknologi, dan Literasi Visual merupakan jenis-jenis
literasi informasi. Literasi Media, Literasi Teknologi, dan Literasi Visual
adalah komponen literasi lanjutan yang didasari literasi dini, literasi dasar
dan literasi perpustakaan.
Pengertian literasi modern adalah kemampuan untuk membaca, menulis dan
aritmatika (berhitung), menggunakan bahasa, angka-angka, gambar/ilustrasi, komputer
dan elemen dasar lain untuk memahami, berkomunikasi, menguatkan (penggunaan)
pengetahuan bermanfaat dan penggunaan sistem simbol budaya yang dominan.
Di abad 21 ini, pengertian literasi lebih dari sekadar bisa membaca dan
menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Kemampuan ini
disebut sebagai literasi informasi.
Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui
berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik
(media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
Selama berabad-abad, literasi disebut kemampuan untuk membaca dan
menulis. Dewasa ini, kita mendapatkan sebagian besar informasi melalui
sistem berkat teknologi media. Kemampuan untuk membaca berbagai jenis
media telah menjadi keterampilan penting di abad ke-21. Literasi media adalah
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat media.
Dengan literasi media yang baik orang lebih mampu memahami pesan yang
kompleks yang kita terima dari televisi, radio, internet, surat kabar, majalah,
buku, billboard, video game, musik, dan semua bentuk media lainnya.
Keterampilan literasi media termasuk dalam standar pendidikan dari setiap
negara dalam bahasa, ilmu sosial, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan mata
pelajaran lain. Banyak pendidik telah menemukan bahwa literasi media adalah
cara yang efektif dan menarik untuk menerapkan keterampilan berpikir kritis
untuk berbagai masalah.
Keterampilan literasi media dapat membantu remaja dan orang dewasa:
–
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis
–
Memahami bagaimana pesan media membentuk budaya
dan masyarakat kita
–
Mengidentifikasi strategi pemasaran target
–
Mengenali pembuat media yang ingin kita percaya
atau lakukan
–
Memberi nama teknik persuasi yang digunakan
–
Mengenali bias, plintiran, informasi yang salah,
dan kebohongan
–
Menemukan bagian dari cerita yang tidak
diberitahu
–
Mengevaluasi pesan media berdasarkan pengalaman
kita sendiri, keterampilan, keyakinan, dan nilai-nilai
–
Membuat dan mendistribusikan pesan-pesan media
kita sendiri
–
Mengadvokasi keadilan Media
Literasi
Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti
lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak,
mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan
komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan
mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program
perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan
teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi
yang dibutuhkan masyarakat.
Kalau kita refleksikan masa yang lalu, sampai awal 1990-an, kebanyakan PC
masih berukuran besar dengan memori sangat terbatas, kebanyakan ponsel juga
terlalu besar untuk dimasukkan dalam kantong. Film yang tersedia pada DVD sampai
1997. Google pun belum lahir sampai tahun 1998. Tidak ada MySpace hingga tahun
2003, dan YouTube meluncurkan dua tahun setelah itu.
Seiring kemajuan teknologi, definisi literasi teknologi pun
mengalami perubahan. Pada tahun 1980, keterampilan penggunaan teknologi
menuntut agar kita mengetahui bagaimana kode memprogram. Penggunaan komputer
pada waktu itu mengharuskan kita membuat program. Pada tahun 1995 an, kita
dituntut untuk mengetahui bagaimana bekerja dengan alat dasar seperti pengolah
kata dan spreadsheet. Mungkin kita ingat … Wordstar … Lotus … DBASE dan
sebagainya.
Sekarang definisi literasi teknologi jauh lebih kaya dan lebih kompleks
karena ada informasi lebih yang tersedia daripada sebelumnya. Alat-alat untuk
menemukan, menggunakan dan menciptakan informasi yang cepat menjadi lebih
beragam dan canggih.
Departemen Pendidikan Colorado (CDE) mendefinisikan literasi
teknologi sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab menggunakan teknologi
tepat guna untuk:
–
Menyampaikan / mengomunikasikan
–
Menyelesaikan masalah
–
Mengakses, mengelola, mengintegrasikan,
mengevaluasi, desain dan membuat informasi untuk meningkatkan pembelajaran di
semua bidang subjek
–
Memperoleh pengetahuan seumur hidup dan
keterampilan dalam abad ke-21
Penggunaan teknologi merupakan bagian integral yang fungsional dalam
kehidupan sehari-hari. Saat ini sebagian besar jalur pendidikan dan
profesional memerlukan penggunaan teknologi untuk berkomunikasi, memecahkan
masalah atau penelitian lengkap. Siswa yang mencapai literasi teknologi
memiliki waktu lebih cepat mencapai tujuan pendidikan dan masuk ke dalam
karir pilihan mereka.
Untuk mengantarkan para siswa mencapai literasi teknologi, sudah barang
tentu para guru / pendidik juga seharusnya memiliki keterampilan atau literasi
teknologi. Berikut adalah variasi aktifitas penggunaan teknologi masa kini
untuk mendorong literasi teknologi bagi kita semua, antara lain:
·
membaca situs Web;
·
menggunakan mesin pencari;
·
menggunakan pencarian peta;
·
mengakses video, podcast, dan feed;
·
mengevaluasi sumber Web;
·
meneliti di Internet;
·
e-mail, chatting, SMS, microblogging;
·
menggunakan situs sosial;
·
mengunjungi dunia maya;
·
blogging dan menggunakan wiki; dan
·
menggunakan papan pesan, newsgroup, dan VOIP
(Skype).
Dengan memahami bagaimana mengevaluasi informasi baru ini dan bagaimana
menggunakan alat-alat baru untuk membuat, komunikasi cukup beralasan efektif,
siswa dapat memanfaatkan kekuatan teknologi baru dan terinspirasi untuk
belajar.
Literasi
Teknologi dalam Pendidikan
Maksud
dari literasi teknologi dalam dunia pendidikan adalah peserta didik aktif
terlibat dalam proses teknologi atau belajar memanfaatkan hasil teknologi tidak
hanya sebats mengetahui, atau mengenal saja. Peserta didik tidak hanya mengenal
teknologi namun juga mampu memanfaatkan teknologi sebaik mungkin. Pemanfaatan
teknologi ini juga memampukan para peserta didik untuk melatih diri mereka,
menemukan dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya melalui
penggunaan teknologi.
Informasi visual ada di mana-mana di sekitar kita. Televisi, layar
komputer, tanda-tanda, simbol, dalam buku-buku, majalah, film-film, dan bahkan
bahasa tubuh memberikan pesan-pesan visual. Kita semua harus mampu
menginterpretasikan makna yang terkandung dalam pesan visual untuk memberikan
respon yang cerdas. Dalam konteks pendidikan informasi visual juga sangat
banyak. Oleh karena itu guru maupun siswa perlu menguasai literasi visual untuk
mendapatkan manfaat yang optimal.
Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara
literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan
kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio- visual secara
kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari
membanjiri kita, baik dalam bentuk cetak maupun noncetak, perlu dikelola dengan
baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar
perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
Literasi visual
dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
·
berfikir visual (visual thinking)
·
komunikasi visual (visual communication)
·
belajar visual (visual learning)
Berpikir visual (visual
thinking)
Berpikir visual adalah kemampuan untuk mengubah pikiran, gagasan,
dan informasi ke semua jenis gambar, grafik, atau gambar lain yang membantu
mengomunikasikan informasi yang terkait.
Komunikasi visual (visual communication)
Komunikasi visual adalah ketika gambar, grafik, dan gambar lainnya
digunakan untuk mengekspresikan ide-ide dan untuk mengajar orang. Agar
tercipta komunikasi visual yang efektif, penerima harus mampu membangun
makna dari melihat gambar visual yang diberikan.
Belajar visual (visual learning)
Belajar Visual adalah proses belajar dari gambar dan media.
Belajar Visual meliputi pembangunan pengetahuan oleh siswa sebagai
akibat dari melihat gambar visual yang diberikan.
Contohnya ketika sebuah gambar visual dapat mempresentasikan sebuah kata,
sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata dan suatu konsep,
Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu
konsep dan jenis hubungan (relasi ), Sebuah gambar visual dapat merepresentasikan
sebuah kata, suatu konsep, hubungan (relasi ) dan suatu proses, Sebuah
gambar visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep,
hubungan (relasi ), suatu proses dan suatu struktur (susunan), Sebuah gambar
visual dapat merepresentasikan sebuah kata, suatu konsep, hubungan
(relasi ), suatu proses, suatu struktur (susunan) dan suatu fakta, Sebuah
gambar visual dapat mewakili sebuah kata, konsep, hubungan, proses,
struktur, fakta dan biasanya menyerupai apa yang diwakilinya.
Dalam proses pembelajaran, gambar visual dapat membantu belajar
karena lebih konkrit dari pada kata-kata abstrak. Hasil penelitian menunjukkan
pada kita bahwa, belajar / pembelajaran akan optimal ketika siswa dapat mendengar, melihat dan membaca terhadap
konten yang sama.
RUJUKAN PUSTAKA
Endarta AdiLiterasi Media Literasi Teknologi Literasi Visual”. 29 Maret 2018 dari http://duniapendidikan.putrautama.id/literasi-media-literasi-teknologi-literasi-visual/.
RUJUKAN PUSTAKA
Dhine. N. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Clay, M. M. (2001). Change Over Time in Children’s Literacy Development. Portsmouth: Heinemann.
Clay, M. M. (2001). Change Over Time in Children’s Literacy Development. Portsmouth: Heinemann.
Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat dan Kebiasan Membaca
Pada Anak. Bandung: Angkasa.
https://zuhriindonesia.blogspot.co.id/2017/05/konsep-literasi-dan-program-literasi.html,
diakses pada tanggal 24/3/2018 pukul 07.05 Wita.
http://simposiumguru.blogspot.com/2016/05/inilah-komponen-gerakan-literasi.html,
diakses pada tanggal 24/3/2018 pukul 07.27 Wita.
https://www.educenter.id/pendidikan-literasi/,
diakses pada tanggal 24/3/2018 pukul 07.48 Wita.
https://isnet.or.id/2017/10/10/strategi-pengembangan-program-literasi-informasi-pada-perpustakaan-sekolah-di-indonesia/,
diakses pada tanggal 25/3/2018 pukul 01.48 Wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar