BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Secara
etimologi pengetahuan yang dalam bahasa inggris yaitu knowledge adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan secara
terminologi, menurut Drs. Sidi Gazaliba, pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil dari pekerjaan tahu. Loren Bagus dalam kamus filsafatnya menjelaskan
bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh-sungguh, dan mengembangkan kebudayaan; manusia
memberi makna kepada kehidupan; manusia “memanusiakan” diri dalam hidupnya.
Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuan.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik
sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya
yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan merasa atau
berpikir dan penalaran menghasilkan pengetahuan. Logika merupakan cabang
filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga
sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat
dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat
dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan sebagai teori tentang
penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari
suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut
sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut
kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari beberapa hal yang telah diungkapkan dalam latar belakang di atas didapatkan suatu
rumusan masalah:
1.
Apakah
pengertian penalaran itu?
2.
Apakah
pengertian logika itu?
3.
Dari manakah
sumber pengetahuan itu berasal?
4.
Bagaimanakah
kriteria suatu kebenaran itu?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian penalaran
2.
Untuk
mengetahui pengertian logika
3.
Untuk
mengetahui dari mana saja asal sumber pengetahuan itu
4.
Untuk
mengetahui kriteria suatu kebenaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam
menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan (Suriasumantri, 2003). Adib (2011) menyatakan nalar adalah salah satu corak berpikir untuk menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru dengan memperhatikan asas-asas pemikiran, yaitu (i) principium identitas,(asas identitas)= qanun zatiyah, ia adalah dasar dari semua pemikiran yang pula mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia bukan lain contoh sesuatu itu adalah Z, bukan A, B atau C (ii) principium contradictionis(asas kontradiksi)= qanun lana-qud, merupakan prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya , (iii) principiumtertii exclusi(asas penolakan)=qanun imtina, asas ini mengatakan bahwa pengakuan dan pengingkaran kebenaran terdapat pertentangan mutlak karena disamping tidak benar keduanya, juga tidak mungkin salah kedua-duanya dan (iv) principium kompromi=asas kompromi. Jadi penalaran merupakan salah satu proses dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Ada dua macam penalaran, yaitu :
kesimpulan yang berupa pengetahuan (Suriasumantri, 2003). Adib (2011) menyatakan nalar adalah salah satu corak berpikir untuk menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru dengan memperhatikan asas-asas pemikiran, yaitu (i) principium identitas,(asas identitas)= qanun zatiyah, ia adalah dasar dari semua pemikiran yang pula mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia bukan lain contoh sesuatu itu adalah Z, bukan A, B atau C (ii) principium contradictionis(asas kontradiksi)= qanun lana-qud, merupakan prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya , (iii) principiumtertii exclusi(asas penolakan)=qanun imtina, asas ini mengatakan bahwa pengakuan dan pengingkaran kebenaran terdapat pertentangan mutlak karena disamping tidak benar keduanya, juga tidak mungkin salah kedua-duanya dan (iv) principium kompromi=asas kompromi. Jadi penalaran merupakan salah satu proses dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Ada dua macam penalaran, yaitu :
1.
Penalaran Langsung
Penalaran langsung merupakan penalaran
yang premisnya hanya sebuah proposisi dan langsung disusul dengan proposisi
lain sebagai kesimpulannya. Penalaran langsung ditarik hanya dari satu premis
saja. Penarikkan konklusi secara langsung dapat memberikan keterangan yang
lengkap tentang proposisi yang diberikan, yaitu dengan menyatakan secara
eksplisit apa-apa yang telah dinyatakan secara implisit didalam premis.
Contoh : semua bintang film memakai sabun Lux (S=P)
Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film
Istilah penalaran langsung berasal dari Aristoteles untuk menunjukkan penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Konklusinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subjek dan predikatnya.
Contoh : semua bintang film memakai sabun Lux (S=P)
Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film
Istilah penalaran langsung berasal dari Aristoteles untuk menunjukkan penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Konklusinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subjek dan predikatnya.
2.
Penalaran tidak langsung
Penalaran tidak langsung, penarikan
konklusinya atas lebih dari satu proposisi. Konklusinya ditarik dari dua premis. Contoh: Semua mahasiswa adalah anak pintar. Dina adalah mahasiswa. Dina
adalah anak pintar.
2.2. Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang
berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa (Adib,
2011). Menurut Cecep Sumarna (dalam Susanto,2011:145) logika adalah cara
penarikan kesimpulan, atau pengkajian untuk berpikir
secara shahih.
Jan Hendrik
Rapar (dalam Susanto, 2011:144) menjelaskan istilah logika diambil dari bahasa
Yunani logikos, yang berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu
pertimbangan akal (pikiran), mengenai kata, mengenai percakapan atau berkenaan
dengan bahasa. Menurut Amsal Bakhtiar (2010:212), logika adalah sarana untuk
berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan logika
merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan dengan menggunakan
akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan secara sistematis. Macam-macam
logika adalah sebagai berikut:
a. Logika alamiah
a. Logika alamiah
Logika
alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.
b. Logika
ilmiah
Logika
ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam
setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat
bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika
ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau paling tidak, mengurangi
kesesatan.
Secara terperinci, logika digunakan
antara lain :
1. Membantu
setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak (berpikir tingkat tinggi), cermat dan
objektif.
3. Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir sejarah tajam dan mandiri.
4.
Memaksa dan
mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
5. Meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan
serta kesesatan.
6.
Mampu
melakukan analisis terhadap suatu kejadian
2.3. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang
mendasari lahirnya ilmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan
manusia. Menurut Sumarna (dalam Susanto, 2011: 186) sumber ilmu pengetahuan
terdapat perbedaan antara pandangan filosof dan ilmuwan Barat dengan filosofot
dan ilmuwan muslim.
Menurut filosof dan ilmuwan muslim, sumber
utama ilmu pengetahuan adalah wahyu yang termanifestasikan dalam Alquran dan
As-sunnah, selain empiris dan rasional. Sedangkan menurut filosof dan ilmuwan
Barat sumber ilmu pengetahuan hanya dibatasi pada sumber utama yaitu
pengetahuan yang lahir dari pertimbangan rasio (akal
atau deduksi) dan pengetahuan yang dihasilkan melalui pengalaman (empiris dan
induksi).
Menurut Suriasumantri (dalam Susanto, 2011:186)
terdapat empat cara pokok dalam mendapatkan pengetahuan, pertama adalah
pengetahuan yang berdasarkan rasio yang dikembangkan oleh kaum rasionalis yang
dikenal dengan rasionalisme. Kedua, pengetahuan yang berdasarkan pada
pengalaman yang dikenal dengan faham empirisme. Ketiga, pengetahuan yang
didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang
terpusatkan pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban
atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan
sehingga intuisi tidak bisa digunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan
yang teratur. Sumber pengetahuan yang keempat adalah wahyu yang merupakan
pengetahuan yang disampaikan tuhan kepada manusia.
Sedangkan Amsal Bakhtiar mengungkapkan ada beberapa
pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
a.
Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksudkan ialah pengalaman inderawi.
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksudkan ialah pengalaman inderawi.
b.
Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Menusia memperoleh penegetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan.
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Menusia memperoleh penegetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan.
c.
Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.
d.
Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh ALLAH SWT kepada manusia lewat perantaraan para nabi. Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh ALLAH SWT kepada manusia lewat perantaraan para nabi. Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.
Dari uraian
di atas, yang dapat dijadikan sumber pengetahuan adalah wahyu, pengalaman dan
rasio. Sedangkan intuisi tidak dapat digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan
karena ia bersifat personal dan tidak bisa diramalkan serta bersifat tiba-tiba
atau seketika.
2.4. Kriteria Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama
terhadap apa yang dianggapnya benar. Secara umum definisi yang standar mengenai
kebenaran diartikan sebagai kesesuaian antara pikiran dan kenyataan. Perihal
kebenaran ini memang menjadi tujuan utama dari kajian ilmu filsafat. Para
filosof telah lama mengupayakan dan mencari kebenaran. Menurut Plato, kebenaran
yang utama adalah yang diluar dunia ini, maksudnya ialah suatu kesempurnaan
tidak dapat dicapai di dunia ini.
Pada umumnya ada beberapa teori kebenaran, yaitu :
Pada umumnya ada beberapa teori kebenaran, yaitu :
·
Teori kebenaran saling berhubungan
(coherence theory of trurth); berpendapat bahwa suatu proposisi itu benar
apabila hal tersebut mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang
telah ada atau benar. Dengan kata lain, yaitu apabila proposisi itu mempunyai
hubungan dengan proposisi terdahulu adalah benar. Pembuktian teori kebenaran
koherensi dapat melalui fakta sejarah dan logika.
·
Teori kebenaran saling berkesesuaian
(correspondence theory of truth), berpandangan bahwa suatu proposisi itu benar
apabila proposisi itu saling berkesesuaian dengan kenyataan atau realitas.
Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan.
·
Teori kebenaran inherensi (Inherent
theory of truth), yang memiliki pandangan bahwa suatu proposisi memiliki nilai
kebenaran apabila memiliki akibat atau konsekuensi-konsekuensi yang bermanfaat,
maksudnya ialah hal tersebut dapat dipergunakan.
BAB III
KESIMPULAN
Logika merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu
pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan
secara sistematis. Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari
lahirnya ilmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia.
Tedapat beberapa sumber pengetahuan:
1.
Empirisme,
2.
Rasionalisme,
3.
Intuisi, dan
4.
Wahyu
Kebenaran merupakan kesesuaian antara pikiran dan
kenyataan dan menjadi tujuan dari filsafat. Untuk menyatakan sesuatu itu benar
dapat didasarkan pada teori kebenaran. Aliran rasionalisme menyatakan suatu itu
benar bila sesuai dengan teori coherence theory of trurth, aliran empirisme
menyatakan suatu itu benar berdasarkan teori correspondence theory of truth,
dan aliran pragmatisme menyatakan sesuatu kebenaran
itu bila sesuai dengan teori Inherent theory of truth. Pengetahuan dapat diperoleh dengan jalan penalaran dan logika yang
bersumberkan pada pengalaman, akal dan wahyu sehingga pada akhirnya
didapatkanlah suatu kebenaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Adib,Mohammad.
2011. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Achmadi,
Asmoro. 2005. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Bakhtiar, Amsal.2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Jalaluddin dan Abddullah. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara
Syadali, Ahmad dan Mudzakir.1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia
Bakhtiar, Amsal.2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Jalaluddin dan Abddullah. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara
Syadali, Ahmad dan Mudzakir.1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Salam,
Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suriasumantri,
Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar